artikel

Senin, 10 Desember 2012

Perkembangan emosi pada masa remaja awal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Anak-anak yang berusia 12 atau 13 tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja atau sering disebut dengan Masa Pubertas. Masa ini masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banayak perubahan pada intelektualnya. Terjadinya perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang Barat sebagai periode Sturm Und Drang. Sebabnya karena mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat.
Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan intelektual karena Pubertas serta perubahan kognitif dan social.

1.2      Rumusan Masalah
Dari uaraian di atas sudah tergambar pembahasan yang akan kami uraikan dalam makalah ini, yaitu tentang Perkembangan intelektual pada masa puber atau awal remaja”. Rumusan masalah yang akan dibahas dapat kami gambarkan dalam uraian berikut ini:
1.      perkembangan emosional pada masa remaja awal
2.      jenis-jenis perkembangan emosional pada masa remaja awal
3.      faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja awal
1.3      Tujuan Penulisan
Tujuan makalah ini disusun adalah sebagai berikut:
1.      Untuk menambah wawasan penyusun dan pembaca tentang perkembangan anak yang sedang menglami masa Pubertas.
2.      Mengetahui ciri-ciri anak yang sedang menginjak usia ini serta mengetahui bahaya-bahayannya.
3.      Sebagai tugas kelompok untuk salah satu penilaian semester I mata kuliah Pengembangan Peserta Didik.

1.4      Manfaat Penulisan
Dalam usia remaja anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup signifikan dan memerlukan kesiapan  mental. Di usia remaja anak mulai mencari dan memahami pribadi dirinya sendiri dan orang lain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, semua itu mendorongnya untuk bereksperimen dan mencari tahu.
Maka dari itu, tentunya Makalah ini  sangat bermanfaat bagi kita semua, terutama kepada kita sebagai Generasi Penerus Bangsa. Kita dapat mempelajari lebih dalam tentang Perkembangan Sosial  Masa Pubertas yang saat ini sudah semakin menjadi-jadi. Selain itu, kita dapat mengetahui segala problematika yang sedang terjadi pada kalangan remaja saat ini.


BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN EMOSIONAL PADA
MASA REMAJA AWAL

2.1  Perkembangan emosional pada masa remaja awal
Setelah melewati masa kanak-kanak (usia 6-12 tahun) yang relative tenang, masa remaja ditandai dengan kehidupan emosi yang lebih bergejolak. Remaja mulai melonggarkan ikatan emosional dengan kedua orang tuanya walaupun secara finansial remaja menyadari bahwa dirinya masih bergantung kepada orang tua. Melonggarnya ikatan emosional  dengan orang tua memang diperlukan dalam rangka membentuk identitas dirinya sendiri. Pada saat itu remaja mulai meninggalkan sebagian aturan, nilai atau norma yang berlaku dirumah orang tuanya, dan mulai mencari nilai baru dalam kehidupan pertemanan dengan teman sebayanya. Aturan tidak boleh merokok di rumah mulai ditinggalkan. Agar diakui sebagai manusia yang telah dewasa ia akan merokok  atau minum minuman beralkohol karen kebiasaan merokok sering  dianggap sebagai lambang kedewasaan dan lambang kejantanan. Minum minuman beralkohol melambangkan kehidupan  modern, bahkan dalam iklan sering  digambarkan sebagai lambang keberhasilan. Semangat untuk melakukan eksplorasi  terhadap dunia sekitarnya mendorong remaja untuk melakukan kegiatan baru dan mengandung resiko berbahaya. Remaja berusia 15-16 tahun mempunyai keyakinan yang khas dan unik (personal fable) bahwa apa yang dapat terjadi pada orang lain, tidak akan terjadi pada dirinya. Ia percaya bahwa melakukan hal yang menyimpang tidak akan merugikan dirinya walaupun kenyataanya menunjukan hal yang sebaliknya.
Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi  oleh lingkungan dan teman-teman  sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif  yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaiman remaja mampu untuk member kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakn diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi  yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa remaja pada masa pubertas mempercayakan temn-temannya sebagai sumber sosial dan sebagai pemberi dukungan moral (bemtt dan percy, 1986). Masalah emosi yang berhubungan dengan perkembangan fisik, kongnitif, dan sosial dari remaja ini adalah umum. Walaupun praremaja pada umumnya bahagia dan optima, mereka juga mempunyai banyak ketakutan, seperti:
1.      Tidak diterima oleh kelompoknya,
2.      Tidak mempunyai sahabat,
3.      Dihukum oleh orang tua mereka,
4.      Mempunyai orang tua yang bercerai,
5.      Tidak melaksanakan tugas sekolah, dan
6.      Sakit hati
Emosi lain dari masa ini meliputi moral (ketakutan tidak dapat mengontrol kemrahanya), merasa bersalah, frustasi, dan iri hati. Praremaja memerlukan bantuan dalam menyadari bahwa emosi-emosi ini adalah sesuatu yang wajar sebagai bagian dari pertumbuhan mereka.
2.2   Jenis-jenis perkembangan emosional pada remaja awal
Pola emosi remaja adalah sama dengan pola emosi kanak-kanak, jenis emosi yang secara normal adalah cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Berikut penjelasannya.
a)      Cinta/kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya. Tidak ada ramaja yang dapat hidup bahagia dan sehat tanpa mendapatkan cinta orang lain. Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting, walaupun kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap permusuhan besar kemunkinan  disebapkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai  yang tidak disadari ( sunarto,2002:152).
Pada zaman remaja adalah puncak wujudnya perasaan cinta romantis. Remaja yang mempunyai cirri-ciri romantis adalah remaja yang mengalami tarikan heteroseksual (tariakan antara remaja yang berlainan kelamin) melalui pendampingan mereka dengan remaja lain. Menurut dr rohati majzub, perasaan romantis membawa pengertian bahwa mereka menganggap dan mengambarkan individu yang dicintai itulah yang paling ideal, mempunyai watak, sahsiah atau ciri-ciri yang memikat hati remaja.
Kebutuhan akan kasih sayang dapat diekspresikan jika seseorang mencari pengakuan dan kasih sayang dari orang lain, baik orang tua, teman dan orang dewasa lainnya. Kasih sayang akan sulit untuk dipuaskan pada suasana yang mobilitas tinngi. Kebutuhan akan kasih sayang dapat dipuaskan melalui hubungan yang akrab dengan yang lain. Kasih sayang merupakan keadaan yang dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati, kegagalan dalam mencapai kepuasan kebutuhan kasih sayang merupakan penyebap utama dari gangguan emosional (Yusuf,2005:206).
b)      Gembira dan bahagia
Perasaan gembira dari remaja belum banyak diteliti. Perasaan gembira sedikit mendapat perhatian dari petugas peneliti dari pada perasaan marah dan takut atau problema lain  yang memantulkan kesedihan. Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan dicintainya itu mendapat sambutan oleh yang dicintai. Perasaan bahagia ini dihayati itu dihayati secara berbeda-beda setiap indiviidu. Bahagia muncul karena remaja mampu menyesuaikan diri dengan  baik pada suatu situasi, sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari terlepasnya energy emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan dirinya.
c)      Kemarahan dan permusuhan
Dalam upaya memahami remaja, ada empat faktor yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah.
1)      Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk memiliki dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Selama masa remaja, fungsi marah terutama terutama untuk melindungi haknya untuk menjadi independent, dan menjamin hubungan antara dirinya dan pihak lain yang berkuasa.
2)      Pertimbangan penting lainnya ialah ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak hanya merupakan subjek kemarahan yang berkembang dan kemudian menjadi surut, tetapi juga mempunyai sikap-sikap dimana ada sisa kemarahan dalam bentuk permusuhan yang meliputi kemarahan masa lalu. Sikap permusuhan berbentuk dendam, kesedihan, prasangka, atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.
3)      Perasaan marah sengaja disembunyikan dan sering kali tampak dalam bentuk yang samar-samar. Bahkan seni dan cinta mungkin dipakai sebagai alat kemarahan.
4)      Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri. Dalam beberapa hal, aspek ini merupakan yang sangat penting dan juga paling sulit dipahami. (sunarto,2002:154)
d)     Ketakuttan dan kecemasan
Menjelang anak mencapai remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan yang mempengaruhi pesang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya.
Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, serinng kali berusaha untuk mengatasi ketakutan yang timbul dari persoalan kehidupan. Tidak ada seorangpun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat hidup tanpa rasa takut. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehinggai tidak berani mencapai apa yang ada sekarang atau masa depan yang tidak menentu.
rasa takut yang disebapka otoriter orang tua yang akan menyebapkan aankl itu tidak berkembang daya kreatifnya dan menjadi orang penakut, apatis, dan penggugup. selanjutnya sikap apatisyang timbul oleh otoriter orang tua aknmengakibatkan anak menjadi pendiam, memencilkan diri, tak sanggup bergaul dengan orang lain (Willis,2005:57).
e)      frustasi dan dukacita
frustasi merupakan keadaansaat individu mengalami hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannya, terutama bila hambatan tersebut muncul dari dirinya sendiri. konsekuensi frustasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri.
dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi menggangu ndividu. keadaan ini terjadi bila kehilangan sesuatu atau seseorangyang sangat berarti buat kita. kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan akan menyebapkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius sehingga depresi.
2.3  faktor-faktor mempengaruhi perkembangan emosi remaja awal
sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. perkembangan intelektual menghasilkan kemepuan unntuk memehaami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu subjek. kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. dan itu menyebapkan anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih mudah. kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangann emosi.


BAB III
PENUTUP
2.4  SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Setelah melewati masa kanak-kanak (usia 6-12 tahun) yang relative tenang, masa remaja ditandai dengan kehidupan emosi yang lebih bergejolak. Aturan tidak boleh merokok di rumah mulai ditinggalkan. Agar diakui sebagai manusia yang telah dewasa ia akan merokok  atau minum minuman beralkohol karen kebiasaan merokok sering  dianggap sebagai lambang kedewasaan dan lambang kejantanan. Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi  ileh lingkungan dan teman-teman  sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negative yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa remaja pada masa pubertas mempercayakan temn-temannya sebagai sumber sosial dan sebagai pemberi dukungan moral (bemtt dan percy, 1986). Masalah emosi yang berhubungan dengan perkembangan fisik, kongnitif, dan sosial dari remaja ini adalah umum.
Pola emosi remaja adalah sama dengan pola emosi kanak-kanak, jenis emosi yang secara normal adalah cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain.
sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar.
2.5  SARAN
Atas nama kelompok III selaku  penyusun materi pembahasan Perkembagan Intelektual Pada Masa Remaja Awal menyarankan agar susunan materi pembahasan yang telah tersusun menjadi sebuah makala ini dapat dijadikan bahan dalam diskusi nanti, serta diharapkan juga dapat membantu kita untuk lebih memahami materi-materi dalam  mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Dan kami selaku  penyusun sadar bahwa susunan materi pembahasan ini masih banyak kekurangan  untuk itu kami mohon maaf atas kekurangan dari pada materi pembahasan yang telah disusun ini.


DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, B,
1990.perkembangan anak.Jakarta.Erlangga.
Hurlock, E.
2002.psikologi perkembangan.Jakarta.Erlangga.
Joewana satya, M.D.
2002.Gangguan mental dan perilaku akibat zat psiko aktif.Jakarta.Gramedia.
Djiwandono Waryani Sri Esti.
2003.psikologi pendidikan.Jakarta.PT gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar